Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki
Ada sebuah cerita inspiratif tentang
seorang guru yang tengah melakukan perjalanan bersama muridnya. Si murid
bertanya, “Guru, kenapa kita harus melewati hutan ini? Saya tidak suka
karena hutan ini kotor dan jalannya tidak rata. Apa guru tak takut
celaka?”
Guru pun menjawab, “Hutan ini adalah
jalan agar kita bisa secepatnya sampai ketempat tujuan, jadi sebaiknya
jangan mengeluh karena nanti energimu akan habis.”
“Tapi aku lapar, apa boleh kita
beristirahat sebentar dan berburu?” Balas sang murid. Keduanya pun
memutuskan untuk duduk di atas batu dan mulai mencari sesuatu yang bisa
dimakan.
“Kalau begitu, Guru ke sebelah sana dan
aku ke sebelah sini.” Mereka pun berpencar dan berhasil mendapatkan
seekor kelinci lalu mengolah dan menyantapnya.
“Emm… Enaknya!! Setelah ini kita makan
apa lagi? Perjalanan kita masih sangat jauh, Guru.” Melihat tingkah
muridnya yang selalu saja mengeluh dan tidak pernah merasa puas, sang
Guru hanya tersenyum lalu mengabaikan ucapan muridnya. Perjalanan
dilanjutkan sampai mereka menemukan sebuah perkampungan kecil.
Si murid kembali berkata, “Guru, kampung
apa ini? Aku belum pernah ke sini sebelumnya. Uh, kumuh sekali! Rakyat
yang tinggal di sini pasti rakyat biasa!” Sang Guru tersenyum kembali
dan mengabaikan perkataan muridnya.
“Guru, hari sudah mulai gelap, bagaimana
kalau kita menginap saja di kampung ini? Tapi pastikan kalau mereka
menyediakan penginapan yang nyaman. Saya tidak ingin seperti mereka yang
hanya tidur diatas tikar.”
Dan akhirnya si Guru setuju. Hari
berganti hari dilalui, mereka bergegas untuk melanjutkan kembali
perjalanannya. Namun belum jauh langkahnya, si murid kembali berkata,
“Guru, sepatu siapa ini?”
Merasa heran dengan sepatu lusuh yang ia
temukan di tepi jalan, si murid mengira-ngira, “Ini pasti milik Pak Tua
itu.” Ucapnya sambil melihat ke arah seseorang. Ya, sepatu itu memang
milik Pak Tua yang sedang berladang. Dan dengan tingkahnya yang jahil,
ia pun mengambil sepatu itu lalu menyimpannya di bawah tumpukan batu.
“Hei, jangan seperti itu, kita tidak
seharusnya bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain. Kamu bisa
melakukan sesuatu yang lebih baik dan itu akan mendatangkan kesenangan
yang lebih besar. Sekarang, kembalikan sepatu itu pada posisi semula!”
Perintah sang guru.
Lama menanti, akhirnya Pak Tua kembali
dari ladang dan bergegas mengambil sepatunya. Saat ia hendak memasukkan
kakinya ke dalam sepatu, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Si Pak
Tua merogoh ke dalam sepatunya lalu terkejut karena menemukan kumpulan
uang di sana.
Ia memegang sambil melihat ke
sekelilingnya, memastikan apakah ada orang disekitarnya. Dan tak ada
seorang pun di sana. Perasaan haru mulai menguasai hatinya, ia pun jatuh
tersungkur dan kemudian menengadahkan tangannya ke atas. Doa ucapan
syukur terdengar jelas dari mulutnya.
Ia bersyukur atas kemurahan yang Tuhan
berikan dan ia bersyukur karena pertolongan telah datang kepadanya. Ia
sempat berbicara mengenai istrinya yang sakit dan ibunya yang sudah tua
renta, juga anaknya yang kelaparan karena tak ada uang.
Melihat hal itu, si murid dengan tidak
sadar telah menitikkan air mata. Ia berpaling pada sang guru seraya
berkata, “Ini adalah pelajaran berharga bagiku, bahwa nikmat akan terasa
berharga saat kita menyadari dan senantiasa mensyukurinya.”
Kesombongan akan selalu membutakan hati,
mata, dan pikiran kita untuk melihat betapa besar kenikmatan yang telah
kita terima. Sebelum nikmat itu dicabut, marilah senantiasa
mensyukurinya. Karena semakin besar rasa syukur, semakin besar pula
nikmat yang akan Tuhan berikan kepada kita.
Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat dan menjadi pembelajaran untuk kita semua...
Kalau ada sumur diladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Semoga bisa posting lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar