Senin, 27 Juni 2016

Puasa dalam Berbagai Agama dan Dunia Kedokteran

Puasa dalam Berbagai Agama dan Dunia Kedokteran


Berpuasa adalah kegiatan berpantang  makanan, dan atau minuman selama jangka waktu tertentu. Puasa bukanlah penemuan zaman modern, karena kebiasaan berpuasa sudah dipraktekkan selama berabad-abad dan menjadi bagian  dari agama dan budaya di seluruh dunia selama ribuan tahun.

Puasa umumnya berfungsi memenuhi kebutuhan metafisik: pembersihan jiwa, penebusan dosa, pemurnian, atau pelatihan mental. Sejarah berpuasa dapat kita temukan diantara orang Yahudi, Muslim, Kristen, Konghucu, Hindu, Tao, Jainis, Budha dan penganut agama-agama lainnya.

Sekilas kegiatan berpuasa dalam berbagai Agama
Puasa biasanya merupakan bagian penting dari praktik keagamaan. Masing-masing punya aturan tertentu dalam menjalankan puasa dalam berbagai budaya dan agama.

Dalam Jainisme, sebuah agama yang mulai dikenal sekitar abad ke-6 SM, jiwa harus ditebus melalui puasa dan meditasi.

Puasa menjadi bagian penting dalam agama Hindu. Penganut agama Hindu menjalankan berbagai jenis puasa berdasarkan kepercayaan dan kebiasaan setempat. Tujuannya adalah untuk melatih diri dan mencapai pemurnian batin.

Puasa juga memainkan peran penting dalam agama Budha. Pendiri agama Budha -  Siddhartha menggunakan puasa sebagai salah satu cara menuju pencerahan, sehingga ia menjadi Buddha (Yang Tercerahkan). Meskipun penganut Budha menekankan kesahajaan dalam kebiasaan makan ketimbang puasa, umat Budha di beberapa negara, terutama Tibet, menjalankan puasa tertentu. (wgbd.org)

Di Jepang, berpuasa dalam agama Shinto berfungsi sebagai pemurnian batin selama persiapan tindakan kultis.

Puasa adalah bagian penting dari agama Islam. Ibadah puasa menjadi kewajiban bagi umat Islam terutama di bulan Ramadhan.  Perintah berpuasa Ramadhan bagi umat Islam dimulai sejak 10 Sya’ban, sekitar  satu setengah tahun setelah Nabi Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Ketika itu, Nabi Muhammad baru saja diperintahkan untuk mengalihkan arah kiblat dari Baitulmakdis (Yerusalem) ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. [Ensiklopedi Islam]

Puasa merupakan bukti pengabdian kepada Allah  Swt, serta pengekangan diri dan pengamalan akan iman. Puasa dan sedekah menjadi hal penting dan menjadi bagian dari rukun Islam.

Di dunia barat, puasa merupakan bagian integral dari praktik keagamaan. Di Yunani kuno, ritual puasa berlangsung selama misteri Eleusinian untuk menghormati Demeter, dewi kesuburan. Hal ini diketahui dari catatan sejarah bahwa bahwa Seneca dan Sisero berpantang makan atau puasa untuk melatih mental mereka.

Puasa juga bagian penting dari  kegiatan agama Yahudi. Dari Kitab Yahudi maupun Kristen dapat kita ketahui bahwa Musa berpuasa selama 40 hari di Gunung Sinai. Hal ini terjadi sekitar tahun 1460 SM. Yesus juga berpuasa selama 40 hari di padang gurun.

Dalam kalender Yahudi terdapat enam hari puasa, yang dilakukan setiap tahun. Yang paling terkenal dan paling penting adalah Yom Kippur, yakni hari pendamaian.

Meskipun puasa bukan hal sentral dalam agama Kristen, namun praktek puasa ini  biasanya dilakukan untuk mengingat penderitaan Kristus dengan periode puasa sebelum Paskah. Banyak referensi tentang puasa dalam kitab Kristen, namun tidak ada aturan spesifik dalam berpuasa. Berpuasa dapat dilakukan perorangan maupun kolektif untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai lambang pertobatan, atau sebagai bagian dari nazar.

Para Bapa Gereja menekankan manfaat puasa pada tubuh dan jiwa. Diantaranya, puasa membuat orang lebih terbuka terhadap orang lain. Amal adalah bagian dari konsep puasa Kristen. Berpantang dari makanan dan atau minuman haruslah bermanfaat bagi orang miskin secara material. Puasa juga berfungsi sebagai pendisiplinan tubuh, yaitu untuk mengendalikan keinginan daging dan melatih kerendahan hati.

Sejalan dengan puasa sebagai bagian dari praktik keagamaan, pengetahuan medis pun terus berkembang dan menemukan manfaat dari berpuasa.

Awal Pengetahuan Medis tentang Puasa
Puasa merupakan disposisi fisiologis yang dimiliki oleh manusia maupun hewan. Para tabib maupun dokter modern telah menemukan kemampuan ini dalam diri manusia dan hewan sejak lama. Hal ini dapat kita lihat dari catatan sejarah:

Dokter Yunani, Hippocrates (460-375 SM) menganggap makanan tertentu sebagai obat untuk penyakit. Namun, hanya melalui puasa ditemukan "penyembuhan yang ajaib".

Sekitar 600 tahun kemudian, seorang dokter Yunani bernama Galen, pendiri humoral patologi  juga menggunakan puasa sebagai terapi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Dalam karya utamanya, dokter Persia dan Avicenna (980 - 1038 AD) membahas manfaat puasa bagi kesehatan.

Hildegard von Bingen (1098-1179 M) mengajurkan kegiatan puasa untuk mengobati sekitar 40 jenis penyakit yang berbeda.  Pada abad ke-16, Paracelsus menggunakan istilah "penyembuhan dari dalam" untuk puasa sebagai cara untuk  mengatur metabolisme tubuh.  Friedrich Hoffmann (1660-1742), seorang dokter pribadi raja pertama Prusia, menulis buku tentang penyembuhan penyakit serius melalui moderasi dan puasa. [buchinger.es]

Dari abad ke-19 dan seterusnya, semakin banyak dokter dan peneliti menyibukkan diri untuk mengetahui manfaat dari puasa. Dengan tetap berdasar pada pengetahuan tradisional maupun praktek puasa dalam berbagai budaya dan agama, puasa dalam pengetahuan modern pun digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit kronis dan pencegahan penyakit.

Puasa dalam Perkembangan Pengetahuan Modern
Sementara puasa tetap dipraktekkan di berbagai agama dan kepercayaan dari abad ke abad, puasa menjadi pokok perhatian penting  dari  beberapa dokter dan reformis di Eropa dan Amerika Serikat sejak abad ke-19.

Di Amerika, dokter Edward Hooker Dewey (1840-1904) menulis buku "The No-Breakfast Plan and the Fasting-Cure", yang menarik perhatian seluruh Eropa pada masa itu. Herbert Shelton, seorang sarjana dari Dewey, memprakarsai gerakan berpuasa sebagai "Higienisasi Alami”. Henri Tanner melakukan percobaan puasa pada dirinya sendiri dengan selama 42 hari di Medical College di New York.

Di Jerman, Sebastian Kneipp (1821-1897) menganjurkan berpuasa terutama untuk penyakit infeksi akut. Dokter Austria, Franz Xaver Mayr (1875-1965) mengembangkan metode pembersihan usus dengan puasa teh dan susu.

Pada awal abad ke-20, di Jerman ada 2 dokter yang menganjurkan puasa, yakni Siegfried Möller dan Gustav Riedlin. Kemudian, Otto Buchinger yang mengenal kedua dokter tersebut melakukan penyembuhan rematik sendi dan gangguan kandung empedu kronis dengan melakukan puasa selama waktu tertentu dengan pengawasan medis. Otto Buchinger akhirnya dikenal dalam sejarah medis dalam mengembangkan metode terapi puasa.

Dewasa ini, terapi puasa menjadi bagian yang diakui pengobatan integratif. Demikian sekilas sejarah puasa yang ditemukan dalam praktik keagamaan dan budaya yang telah dilakukan dari abad ke abad hingga awal kedokteran modern.

Sekian dulu artikel untuk kali ini semoga bermanfaat.

Kalau ada sumur diladang
boleh kita menumpang mandi 
kalau ada umur ku panjang 
semoga bisa posting lagi
#amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar